Cerita Dewasa 2016 Ngentot Sama Pembantu Sexsi
Pagi itu, setelah bermain golf di Ciracas, badanku terasa gerah dan
lelah sekali karena, aku menyelesaikan delapan belas hole, biasanya aku
hanya sanggup bermain sembilan hole, tetapi karena Ryan memaksaku untuk
meneruskan permainan, maka aku jadi kelelahan seperti sekarang ini.
Ngentot Sama Pembantu Sexsi
| Kupanggil Marni pembantuku yang sudah biasa memijatku, aku
benar-benar merasa lelah karena semalamnya aku sempat dua kali
“bertempur” dengan kenalanku di Mandarin, pasti nikmat rasanya dipijat
dan selanjutnya berendam di air panas, langsung aku membuka pakaianku
hingga hanya tinggal celana dalam dan langsung berbaring di atas tempat
tidurku. Namun agak lama juga Marni tak muncul di kamarku memenuhi
panggilanku melalui interkom tadi, biasanya Marni sangat senang bila aku
suruh memijat karena disamping persenan dariku besar, dia juga sering
kupijat balik yang membuat dia juga dapat merasakan kenikmatan yang satu
itu.
Ketika kudengar langkah memasuki kamarku, aku langsung berkata, “Kok
lama sih Mar, apa masih sibuk ya, ayo pijat yang nikmat!”.
Tiba-tiba kudengar suara perempuan lain, “Maaf Pak, Mbak Marni masih belum kembali, apa bisa saya saja yang memijat?”.
Aku meloncat duduk dan menoleh ke arahnya, ternyata di depanku
berdiri pembantu lain yang belum pernah kukenal. Kuperhatikan pembantu
baru ini dengan seksama, wajahnya manis khas gadis desa, dengan bibir
tipis yang merangsang sekali. Ia tersenyum gugup ketika melihat aku
memperhatikannya dari atas ke bawah itu. Aku tak peduli, mataku jalang
menatap belahan dasternya yang agak rendah sehingga menampakkan sebagian
payudaranya yang montok itu.
Dengan pelan kutanyai siapa namanya dan kapan mulai bekerja. Ternyata
dia adalah famili Marni dari Kerawang namanya Neneng dan dia ke Jakarta
karena ingin bekerja seperti Marni. Aku hanya mengangguk-angguk saja,
ketika kutanya apakah dia bisa memijat seperti Marni, dia hanya
tersenyum dan mengangguk. Kuperintahkan dia untuk menutup pintu kamar,
sebenarnya tidak perlu pintu kamar itu ditutup karena pasti tak ada
seorangpun di rumah, isteriku juga sedang pergi entah ke mana dan pasti
malam hari baru pulang, tujuanku hanyalah menguji Neneng, apakah dia
takut dengan aku atau benar-benar berani. Kuambil cream untuk menggosok
tubuhku dan kuberikan pada Neneng sambil berkata “Coba gosok dulu
badanku dengan minyak ini, baru nanti dipijat ya!”.
Aku membuka celana dalamku dan langsung telungkup di tempat tidur,
sengaja pada waktu berjalan aku menghadap Neneng sehingga Neneng dapat
juga melihat penisku, ternyata dia diam saja. Ketika aku sudah
berbaring, dia langsung membubuhkan lotion itu di punggungku dan
menggosokannya ke punggungku. Sambil memejamkan mata menikmati elusan
tangan Neneng yang halus, aku mengingatkan dia agar menggosoknya rata ke
seluruh badanku. Sambil berbaring aku minta Neneng menceriterakan
tentang dirinya.
Ternyata Neneng seorang janda yang belum mempunyai anak, suaminya
lari dengan perempuan lain yang kaya raya dan meninggalkan dia. Karena
itu dia lebih suka ke Jakarta karena malu.
Aku berkata kepadanya, “Jangan kuatir, kalau begitu kapan-kapan kamu
mesti kembali ke desamu dengan banyak uang supaya bekas suamimu tahu
kalau kamu sekarang sudah kaya dan bisa membeli laki-laki untuk jadi
suamimu!”. Neneng tertawa mendengar perkataanku itu. Ketika itu Neneng
sudah mulai menggosok bagian pantatku dengan lotion, tangannya dengan
lembut meratakan lotion tersebut ke seluruh pantatku bahkan juga di
sela-sela pantatku diberinya lotion itu sehingga kadang-kadang tangannya
menyenggol ujung pelirku.
Aku jadi tegang dengan gosokan Neneng ini,
tetapi aku diam saja namun akibatnya posisiku jadi tidak enak, karena
posisiku yang tengkurap membuat penisku yang berdiri tegak itu jadi
tertekan dan sakit sekali. Aku jadi gelisah karena penisku rasanya
mengganjal. Neneng yang melihat aku gelisah itu bertanya apakah
gosokannya kurang betul. Aku hanya menjawab dengan gelengan kepala.
Ketika aku bertanya lagi apakah isteri baru suaminya itu cantik,
Neneng hanya menjawab dengan tertawa katanya, “Cantik atau tidak yang
penting uangnya banyak, kan suami saya bisa numpang nikmat!”, Ketika
Neneng sudah menggosok badanku sampai ke kaki, dia bertanya, “Apa
sekarang mulai dipijat pak?”. Aku langsung berbalik telentang sambil
berkata, “Sekarang yang bagian depan juga diberi minyak ya!”.
Aku
sengaja memejamkan mata sehingga aku tak tahu bagaimana sikap Neneng
melihat bagian depan tubuhku yang telanjang itu, apalagi penisku sudah
berdiri penuh mendongak ke atas dengan ujungnya yang seperti jamur
raksasa itu. Neneng tidak banyak berbicara, tetapi ia mulai menggosok
bagian dadaku dengan lotion yang harum itu, ketika aku membuka mata,
kulihat buah dadanya yang montok tepat berada di depan mataku, bahkan
karena potongan dusternya rendah, aku bisa melihat celah buah dadanya
yang terjepit diantara beha yang dipakainya.
Ketika gosokan Neneng sampai di selangkanganku, Neneng membubuhi
sekitar bulu penisku dengan lotion tersebut, begitu juga dengan buah
pelirku yang dengan lembut diberinya lotion tersebut. Saat itu Neneng
berkata “maaf pak, apakah burungnya juga digosok?”. Aku tak menyahut
tetapi aku hanya mengangguk saja. Tanpa ragu Neneng membubuhi ujung
penisku dengan lotion tersebut, terasa dingin, kemudian Neneng mulai
meratakannya ke seluruh batang penisku dengan lembut sekali, bahkan dia
menarik kulit penisku sehingga lekukan di antara kepala dan batang
kenikmatanku juga diberinya minyak.
Ketika itulah aku membuka mataku dan memandang Neneng, ketika
dilihatnya aku memandangnya, Neneng tersenyum dan tertunduk sementara
tangannya terus mengurut penisku itu. Aku sudah tak kuat lagi menahan
keinginanku, kutahan tangannya dan kusuruh Neneng untuk membuka
pakaiannya. Neneng yang sudah janda rupanya langsung paham dengan
keinginanku, wajahnya memerah, tetapi ia langsung bangkit dan membuka
dusternya.
Aku duduk di tepi tempat tidur memperhatikan badan Neneng
yang hanya dilapisi beha mini dan celana dalam mini yang kurasa pasti
pemberian isteriku. Buah dadanya membusung keluar karena beha yang
diberikan isteriku nampaknya kekecilan sehingga tak dapat menampung
payudaranya yang montok itu.
Aku berdiri mendekati Neneng dan kupeluk dia serta kubuka pengait
behanya, payudaranya yang montok dan kenyal itu tergantung bebas
menampakkan garis merah bekas terjepit beha yang kekecilan itu, tetapi
payudaranya sungguh kenyal dan gempal sama sekali tidak turun dengan
putingnya yang mendongak ke atas. Ketika kurogoh celana dalamnya
kurasakan bulu vaginanya cukup rimbun sementara ketika jariku menyentuh
clitorisnya,
Neneng seperti terlonjak dan merapatkan badannya ke dadaku, kurasakan
vagina Neneng kering sekali sama sekali tak berair. Kukecup puting susu
Neneng sambil kedua tanganku menurunkan celana dalamnya itu. Ketika
kutarik Neneng ke tempat tidur, Neneng meronta katanya, “Pak saya takut
hamil!” Kujawab enteng, jangan kuatir, kalau hamil tanggung jawab
Bapak!”.
Mendengar hal ini barulah dia mau kubaringkan di atas tempat
tidurku, sambil menutupi matanya dengan tangan. Kupuaskan mataku
memandang kemolekan gadis desa ini, aku langsung menyerbu vaginanya yang
ditutupi bulu yang cukup rimbun itu, kuciumi dan kugigit pelahan bukit
cembung yang penuh bulu itu,
Neneng merintih pelan, apalagi ketika tanganku mulai mengembara
menyentuh puting susunya. Neneng hanya menggigit bibir sementara
tangannya tetap menutupi wajahnya, mungkin dia masih malu. Ketika aku
berhasil menemukan clitorisnya, aku langsung menjilatinya begitu juga
dengan bibir vaginanya kujadikan sasaran jilatan. Mungkin karena merasa
geli yang tak tertahankan, tangan Neneng mendorong pundakku agar aku tak
meneruskan gerakanku itu, begitu juga dengan pahanya yang terus akan
dirapatkan, tetapi semua ikhtiar Neneng tak berhasil karena tanganku
menahan agar kedua pahanya itu tak merapat. Akibatnya Neneng hanya bisa
menggerak gerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan menahan geli. Tetapi
lama-kelamaan justru aku yang jadi tak tahan dengan semua ini,
kuhentikan jilatanku dan segera kutindih Neneng sambil mengarahkan
penisku ke liang vaginanya.
Melihat aku kesulitan memasukkan ujung penisku, Neneng dengan
malu-malu menuntun penisku ke arah liangnya dan menepatkannya di ujung
bibir vaginanya. Ketika itu dia berbisik, “Sudah pas pak”. Aku langsung
mendorong pantatku agar supaya penisku bisa masuk yang disambut juga
oleh Neneng dengan sedikit mengangkat pahanya sehingga.., sleep..,
bles.., penisku terbenam seluruhnya di liang vagina Neneng yang seret
itu, belum sempat aku menggerakkan penisku, Neneng sudah mulai memutar
mutar pantatnya sehingga ujung penisku rasanya seperti dilumat oleh
liang vagina Neneng itu.
Aku mendengus keenakan, bibirku mencari puting
susu Neneng dan mulai mengulumnya. Sambil mendesah desah Neneng berkata,
“Ayo pak, digoyang, biar sama sama nikmat nya!”. Aku terkejut melihat
keberanian Neneng menyuruh aku bekerja sama dalam permainan ini. Tetapi
justru ini membuat aku makin terangsang, meskipun profesinya hanya
pembantu, tetapi cara main Neneng benar benar memuaskan. Vaginanya tak
henti henti meremas penisku membuat aku jadi ngilu, aku sudah paham
bahwa orang desa secara naluri sudah mempunyai kemampuan seks yang
hebat, jadi untuk aku kemampuan Neneng benar benar sulit dicari
bandingannya.
Ketika kurasakan air maniku hampir memancar, aku berbisik pada Neneng
agar berhenti menggoyang pantatnya supaya aku dapat lebih merasakan
kenikmatan ini. Tetapi Neneng justru makin cepat menggoyangkan pantatnya
serta meremas-remas penisku sehingga tanpa dapat ditahan lagi air
maniku memancar dengan derasnya memenuhi vagina Neneng. Saat itu juga
Neneng mencengkeram punggungku keras keras dan kurasakan vaginanya
menjepit penisku dengan erat sekali, matanya terbeliak sambil mendesis.
Rupanya aku dan Neneng mencapai puncaknya pada saat yang bersamaan.
Setelah beberapa menit diam, kurasakan Neneng pelan pelan mulai
meremas-remas punggungku sambil menempelkan pipinya ke pipiku. Dengan
tersipu-sipu dia bercerita kalau dia senang bisa mendapat rejeki
ditiduri olehku, karena sejak di desa dulu dia memang nafsunya besar,
sehingga suaminya sampai kerepotan melayani nafsunya yang luar biasa
itu. Sekarang ini dia benar-benar baru merasakan puas yang sebenarnya
setelah main denganku.
Aku terhanyut oleh caranya yang mesra itu, namun aku tak ingin main
lagi saat itu karena aku tadinya benar-benar hanya mau pijat dan
melemaskan ototku, kalau sampai harus seperti ini, semuanya hanya
gara-gara ada vagina baru di rumah yang tentunya tak dapat aku biarkan.
Setelah kuberi dia uang 200 ribu, kusuruh Neneng keluar, Neneng sangat
terkejut melihat jumlah uang yang kuberikan, ia berkali-kali mengucapkan
terima kasih dan keluar dari kamarku. Sekeluarnya Neneng, aku kembali
berbaring telanjang bulat diatas ranjangku sambil memejamkan mata,
badanku terasa enteng karena terlalu banyak seks.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Hi there friends, how is everything, and what you wish for to say
BalasHapusabout this post, in my view its in fact amazing for me.
Situs Taruhan Online
Poker Online Uang Asli
Situs Domino QQ
Slot Game
Sabung Ayam