Kepo Terkini - Cerita Dewasa Dijamu Oleh Saudara
Sepupu. Kisah ini terjadi pada sepupu sendiri namnay Rani saat itu aku
maen kerumah Om Andri dengan berbekal no. rumah aku cari satu persatu
dan bertemu nomer yang sesuai, aku masuk ke pintu depan dan mengetuk
pintu, kemudian tak lama datang orang yang menghampiri sungguh aku
terpana melihat cewek ini cantiknya luar biasa.
“Cari siapa Mas?” tanyanya.
“Apa betul ini rumah Om Andri? nama saya Dodit.”
“Oh.. sebentar yah, Pa.. ini Doditnya sudah datang”, teriaknya ke dalam rumah.
Kemudian aku dipersilakan masuk, dan setelah Om Andri keluar dan
menyambutku dia pun berkata dengan ramah, “Dodit, papimu barusan sudah
nelpon, nanyain apa kamu sudah datang. Ini kenalin, anak Om, namanya
Rani, terus anterin Dodit ke kamarnya, kan dia cape, biar dia istirahat
dulu, nanti baru deh ngobrol-ngobrol lagi.”
Aku datang ke kota ini karena diterima disalah satu Universitas, dan
oleh papi aku disuruh tinggal dirumah Om Andri. Rani ternyata baru kelas
1 SMA. Dia anak tunggal. Badannya tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar
165 cm, tapi mukanya sangat lucu, dengan bibir yang agak penuh. Di sini
aku diberi kamar di lantai 2, bersebelahan dengan kamar Rani.
Aku sekarang sudah 3 bulan tinggal di rumah Om Andri, dan karena
semuanya ramah, aku jadi betah. Lebih lagi Rani. Kadang-kadang dia suka
tanya-tanya pelajaran sekolah, dan aku berusaha membantu. Aku sering
mencuri-curi untuk memperhatikan Rani.
Kalau di rumah, dia sering memakai
daster yang pendek hingga pahanya yang putih mulus menarik perhatianku.
Selain itu buah dadanya yang baru mekar juga sering bergoyang-goyang di
balik dasternya. Aku jadi sering membayangkan betapa indahnya badan Rani
seandainya sudah tidak memakai apa-apa lagi.
Suatu hari pulang kuliah sesampainya di rumah ternyata sepi sekali. Di
ruang keluarga ternyata Rani sedang belajar sambil tiduran di atas
karpet.
“Sepi sekali, sedang belajar yah? Tante kemana?” tanyaku.
“Eh.. Dodit, iya nih, aku minggu depan ujian, nanti aku bantuin belajar
yah.., Mami sih lagi keluar, katanya sih ada perlu sampai malem.”
“Iya deh, aku ganti baju dulu.”
Kemudian aku masuk ke kamarku, ganti dengan celana pendek dan kaos
oblong. Terus aku tidur-tiduran sebentar sambil baca majalah yang baru
kubeli. Tidak lama kemudian aku keluar kamar, lapar, jadi aku ke meja
makan.
Terus aku teriak memanggil Rani mengajak makan bareng. Tapi tidak ada
sahutan. Dan setelah kutengok ke ruang keluarga, ternyata Rani sudah
tidur telungkup di atas buku yang sedang dia baca, mungkin sudah
kecapaian belajar, pikirku. Nafasnya turun naik secara teratur. Ujung
dasternya agak tersingkap, menampakkan bagian belakang pahanya yang
putih. Bentuk pantatnya juga bagus.
Memperhatikan Rani tidur membuatku
terangsang. Aku merasa kemaluanku mulai tegak di balik celana pendek
yang kupakai. Tapi karena takut ketahuan, aku segera ke ruang makan.
Tapi nafsu makanku sudah hilang, maka itu aku cuma makan buah, sedangkan
otakku terus ke Rani. Kemaluanku juga semakin berdenyut.
Akhirnya aku tidak tahan, dan kembali ke ruang keluarga. Ternyata posisi
tidur Rani sudah berubah, dan dia sekarang telentang, dengan kaki kiri
dilipat keatas, sehingga dasternya tersingkap sekali, dan celana dalam
bagian bawahnya kelihatan.
Celana dalamnya berwarna putih, agak tipis dan berenda, sehingga
bulu-bulunya membayang di bawahnya. Aku sampai tertegun melihatnya.
Kemaluanku tegak sekali di balik celana pendekku. Buah dadanya naik
turun teratur sesuai dengan nafasnya, membuat kemaluanku semakin
berdenyut.
Ketika sedang nikmat-nikmat memandangi, aku dengar suara mobil masuk ke
halaman. Ternyata Om Andri sudah pulang. Aku pun cepat-cepat naik
kekamarku, pura-pura tidur.
Dan aku memang ketiduran sampai agak sore, dan aku baru ingat kalau belum makan. Aku segera ke ruang makan dan makan sendirian.
Keadaan rumah sangat sepi, mungkin Om
dan Tante sedang tidur. Setelah makan aku naik lagi ke atas, dan membaca
majalah yang baru kubeli. Sedang asyik membaca, tiba-tiba kamarku ada
yang mengetuk, dan ternyata Rani.
“Dodit, aku baru dibeliin kalkulator nih, entar aku diajarin yah cara
makainya. Soalnya rada canggih sih”, katanya sambil menunjukkan
kalkulator barunya.
“Wah, ini kalkulator yang aku juga pengin beli nih. Tapi mahal. Iya deh,
aku baca dulu manualnya. Entar aku ajarin deh, kayaknya sih tidak
terlalu beda dengan komputer”, sahutku.
“Ya sudah, dibaca dulu deh. Rani juga mau mandi dulu sih”, katanya
sambil berlalu ke teras atas tempat menjemur handuk. Aku masih berdiri
di pintu kamarku dan mengikuti Rani dengan pandanganku. Ketika mengambil
handuk, badan Rani terkena sinar matahari dari luar rumah. Dan aku
melihat bayangan badannya dengan jelas di balik dasternya.
Aku jadi teringat pemandangan siang tadi waktu dia tidur. Kemudian
sewaktu Rani berjalan melewatiku ke kamar mandi, aku pura-pura sedang
membaca manual kalkulator itu. Tidak lama kemudian aku mulai mendengar
suara Rani yang sedang mandi sambil bernyanyi-nyanyi kecil.
Kembali imajinasiku mulai membayangkan Rani yang sedang mandi, dan hal
itu membuat kemaluanku agak tegang. Karena tidak tahan sendiri, aku
segera mendekati kamar mandi dan mencari cara untuk mengintipnya, dan
aku menemukannya.
Aku mengambil kursi dan naik di atasnya untuk mengintip lewat celah
ventilasi kamar mandi. Pelan-pelan aku mendekatkan mukaku ke celah itu,
dan ya Tuhan… aku! Melihat Rani yang sedang menyabuni badannya,
mengusap-usap dan meratakan sabun ke seluruh lekuk tubuhnya.
Badannya sangat indah, jauh lebih indah dari yang kubayangkan. Lehernya
yang putih, pundaknya, buah dadanya, putingnya yang kecoklatan, perutnya
yang rata, pantatnya, bulu-bulu di sekitar kemaluannya, pahanya,
semuanya sangat indah. Dan kemaluanku pun menjadi sangat tegang.Tapi aku
tidak berlama-lama mengintipnya, karena selain takut ketahuan, juga aku
merasa tidak enak mengintip orang mandi. Aku segera ke kamarku dan
berusaha menenangkan perasaanku yang tidak karuan.
Malamnya sehabis makan, aku dan Om Andri sedang mengobrol sambil nonton
TV, dan Om Andri bilang kalau besok mau keluar kota dengan istrinya
seminggu. Dia pesan supaya aku membantu Rani kalau butuh bantuan. Tentu
saja aku bersedia, malah jantungku menjadi berdebar-debar. Tidak lama
kemudian Rani mendekati kita.
“Dodit, tolongin aku dong, ajarin soal-soal yang buat ujian, ayo!”
katanya sambil menarik-narik tanganku. Aku mana bisa menolak. Aku pun
mengikuti Rani berjalan ke kamarnya dengan diiringi Om Andri yang
senyum-senyum melihat Rani yang manja.
Beberapa menit kemudian kita sudah terlibat dengan soal-soal yang memang
butuh konsentrasi. Rani duduk sedangkan aku berdiri di sampingnya. Aku
bersemangat sekali mengajarinya, karena kalau aku menunduk pasti belahan
dada Rani kelihatan dari dasternya yang longgar.
Aku lihat Rani tidak pakai beha.
Kemaluanku berdenyut-denyut, tegak di balik celana dan kelihatan
menonjol. Aku merasa bahwa Rani tahu kalau aku suka curi melihat buah
dadanya, tapi dia tidak berusaha merapikan dasternya yang semakin
terbuka sampai aku bisa melihat putingnya.
Karena sudah tidak tahan, sambil pura-pura menjelaskan soal aku
merapatkan badanku sampai kemaluanku menempel ke punggungnya. Rani pasti
juga bisa merasakan kemaluanku yang tegak. Rani sekarang cuma diam saja
dengan muka menunduk.
“Rani, kamu cantik sekali..” kataku dengan suara yang sudah bergetar,
tapi Rani diam saja dengan muka semakin menunduk. Kemudian aku
meletakkan tanganku di pundaknya. Dan karena dia diam saja, aku jadi
makin berani mengusap-usap pundaknya yang terbuka, karena tali dasternya
sangat kecil.
Sementara kemaluanku semakin menekan pangkal lengannya, usapan tanganku
pun semakin turun ke arah dadanya. Aku merasa nafas Rani sudah memburu
seperti suara nafasku juga. Aku jadi semakin nekad. Dan ketika tanganku
sudah sampai kepinggiran buah dada, tiba-tiba tangan Rani mencengkeram
dan menahan tanganku. Mukanya mendongak kearahku.
“Dodit aku mau diapain..” Rintihnya dengan suara yang sudah bergetar.
Melihat mulutnya yang setengah terbuka dan agak bergetar-getar, aku jadi
tidak tahan lagi. Aku tundukkan muka, kemudian mendekatkan bibirku ke
bibirnya. Ketika bibir kita bersentuhan, aku merasakan bibirnya yang
sangat hangat, kenyal, dan basah.
Aku pun melumat bibirnya dengan penuh perasaan, dan Rani membalas
ciumanku, tapi tangannya belum melepas tanganku. Dengan pelan-pelan
badan Rani aku bimbing, aku angkat agar berdiri berhadapan denganku. Dan
masih sambil saling melumat bibir, aku peluk badannya dengan gemas.
Buah dadanya keras menekan dadaku, dan kemaluanku juga menekan perutnya.
Pelan-pelan lidahku mulai menjulur menjelajah ke dalam mulutnya, dan
mengait-ngait lidahnya, membuat nafas Rani semakin memburu, dan
tangannya mulai mengusap-usap punggungku. Tanganku pun tidak tinggal
diam, mulai turun ke arah pinggulnya, dan kemudian dengan gemas mulai
meremas-remas pantatnya. Pantatnya sangat empuk.
Aku remas-remas terus dan aku semakin rapatkan kebadanku hingga
kemaluanku terjepit perutnya. Tidak lama kemudian tanganku mulai ke atas
pundaknya. Dengan gemetar tali dasternya kuturunkan dan dasternya turun
ke bawah dan teronggok di kakinya.
Kini Rani tinggal memakai celana dalam
saja. Aku memeluknya semakin gemas, dan ciumanku semakin turun. Aku
mulai menciumi dan menjilat-jilat lehernya, dan Rani mulai
mengerang-erang. Tangannya mengelus-elus belakang kepalaku.
Tiba-tiba aku berhenti menciuminya. Aku renggangkan pelukanku. Aku
pandangi badannya yang setengah telanjang. Buah dadanya bulat sekali
dengan puting yang tegak bergetar seperti menantangku. Kemudian mulutku
pelan-pelan kudekatkan ke buah dadanya.
Dan ketika mulutku menyentuh buah dadanya, Rani mengerang lagi lebih
keras sambil mendongakkan kepalanya, dan menekan pantat dan dadanya ke
arahku. Nafsuku semakin naik. Aku ciumi susunya dengan ganas, putingnya
aku mainkan dengan lidahku, dan susunya yang sebelah aku mainkan dengan
tanganku.
“Aduuhh.. aahh.. aahh”, Rani semakin merintih-rintih ketika dengan gemas
putingnya aku gigit-gigit sedikit. Badannya menggeliat-geliat membuatku
semakin bernafsu untuk terus mencumbunya. Tangan Rani kemudian
menelusup kebalik bajuku dan mengusap kulit punggungku.
“Doditii.. aahh.. baju kamu dibuka dong.. aahh..” Akupun mengikuti
keinginannya. Tapi selain baju, celana juga kulepas, hingga aku juga
cuma pakai celana dalam. Mulutnya kembali kucium dan tanganku memainkan
susunya.
Penisku semakin keras karena Rani menggesek-gesekkan pinggulnya sembari
mengerang-erang. Tanganku mulai menyelinap ke celana dalamnya. Bulu
kemaluannya aku usap-usap, dan kadang aku garuk-garuk.
Aku merasa vaginanya sudah basah ketika jariku sampai ke mulut
vaginanya. Dan ketika tanganku mulai mengusap clitorisnya, ciumannya di
mulutku semakin liar. Mulutnya mengisap mulutku dengan keras.
Clitorisnya kuusap, kuputar-putar, makin lama semakin kencang, dan
semakin kencang. Pantat Rani ikut bergoyang, dan semakin rapat menekan,
sehingga penisku semakin berdenyut. Sementara clitorisnya masih aku
putar-putar, jariku yang lain juga mengusap bibir vaginanya.
Rani menggelinjang semakin keras, dan
pada saat tanganku mengusap semakin kencang, tiba-tiba tanganku dijepit
dengan pahanya,dan badan Rani tegang sekali dan tersentak-sentak selama
beberapa saat.
“aahh aahh Doditii.. adduuuhh aahh aahh aahh”,
Dan setelah beberapa saat akhirnya jepitannya berangsur semakin mengendur. Tapi mulutnya masih mengerang-erang dengan pelan.
“Dod.. aku boleh yah pegang punya kamu”, tiba-tiba bisiknya di kupingku. Aku yang masih tegang sekali merasa senang sekali.
“Iyaa.. boleh..” bisikku. Kemudian tangannya kubimbing ke celana dalamku.
“Aahh…” Akupun mengerang ketika tangannya menyentuh penisku. Terasa
nikmat sekali. Rani juga terangsang lagi, karena sambil mengusap-usap
kepala penisku, mulutnya mengerang di kupingku. Kemudian mulutnya kucium
lagi dengan ganas. Dan penisku mulai di genggam dengan dua tangannya,
di urut-urut dan cairan pelumas yang keluar diratakan keseluruh
batangku.
Badanku semakin menegang. Kemudian penisku mulai dikocok-kocok, semakin
lama semakin kencang, dan pantatnya juga ikut digesekkan kebadanku.
Tidak lama kemudian aku merasa badanku bergetar, terasa ada aliran
hangat di seluruh tubuhku, aku merasa aku sudah hampir orgasme.
“Raannniii.. aku hampir keluar..” bisikku yang membuat genggamannya semakin erat dan kocokannya makin kencang.
“Aahh.. Ranniii.. uuuhh.. aahh..” akhirnya dari penisku memancar cairan
yang menyembur kemana-mana. Badanku tersentak-sentak. Sementara penisku
masih mengeluarkan cairan, tangan Rani tidak berhenti mengurut-urut,
sampai rasanya semua cairanku sudah diperas habis oleh tangannya.
Aku merasa sperma yang mengalir dari sela-sela jarinya membuat Rani
semakin gemas. Spermaku masih keluar untuk beberapa saat lagi sampai aku
merasa lemas sekali.
Akhirnya kita berdua jatuh terduduk di lantai. Dan tangan Rani
berlumuran spermaku ketika dikeluarkan dari celana dalamku. Kita
berpandangan, dan bibirnya kembali kukecup, sedangkan tangannya aku
bersihkan pakai tissue. Dan secara kebetulan aku melihat ke arah jam.
“Astaga, sekarang sudah jam 11! Wah,
sudah malam sekali nih, aku ke kamarku dulu yah, takut Om curiga
nanti..” kataku sembari berharap mudah-mudahan suara desahan kita tidak
sampai ke kuping orang tuanya. Setelah Rani mengangguk, aku bergegas
menyelinap ke kamarku.Malam itu aku tidur nyenyak sekali.
Pagi itu aku bangun kesiangan, seisi rumah rupanya sudah pergi semua.
Aku pun segera mandi dan berangkat ke kampus. Meskipun hari itu kuliah
sangat padat, pikiranku tidak bisa konsentrasi sedikit pun, yang
kupikirkan cuma Rani.
Aku pulang ke rumah sekitar jam 3 sore, dan rumah masih sepi. Kemudian
ketika aku sedang nonton TV di ruang keluarga sehabis ganti baju, Rani
keluar dari kamarnya, sudah berpakaian rapi. Dia mendekat dan mukanya
menunduk.
“Dodit, kamu ada acara nggak? Temani aku nonton dong..”
“Eh.. apa? Iya, iya aku tidak ada acara, sebentar yah aku ganti baju
dulu” jawabku, dan aku buru-buru ganti baju dengan jantung berdebaran.
Setelah siap, aku pun segera mengajaknya berangkat. Rani menyarankan
agar kita pergi dengan mobilnya.
Aku segera mengeluarkan mobil, dan ketika Rani duduk di sebelahku, aku
baru sadar kalau dia pakai rok pendek, sehingga ketika duduk ujung
roknya makin ke atas. Sepanjang perjalanan ke bioskop mataku tidak bisa
lepas melirik kepahanya.
Sesampainya di bioskop, aku beranikan memeluk pinggangnya, dan Rani
tidak menolak. Dan sewaktu mengantri di loket kupeluk dia dari belakang.
Aku tahu Rani merasa penisku sudah tegang karena menempel di pantatnya.
Rani meremas tanganku dengan kuat. Kita memesan tempat duduk paling
belakang, dan ternyata yang menonton tidak begitu banyak, dan di
sekeliling kita tidak ditempati. Kami segera duduk dengan tangan masih
saling meremas.
Tangannya sudah basah dengan keringat dingin, dan mukanya selalu
menunduk. Ketika lampu mulai dipadamkan, aku sudah tidak tahan, segera
kuusap mukanya, kemudian kudekatkan ke mukaku, dan kita segera berciuman
dengan gemasnya.
Lidahku dan lidahnya saling berkaitan, dan kadang-kadang lidahku
digigitnya lembut. Tanganku segera menyelinap ke balik bajunya. Dan
karena tidak sabar, langsung saja kuselinapkan ke balik behanya, dan
susunya yang sebelah kiri aku remas dengan gemas.
Mulutku langsung dihisap dengan kuat
oleh Rani. Tanganku pun semakin gemas meremas susunya, memutar-mutar
putingnya, begitu terus, kemudian pindah ke susu yang kanan, dan Rani
mulai mengerang di dalam mulutku, sementara penisku semakin meronta
menuntut sesuatu.
Kemudian tanganku mulai mengelus pahanya, dan kuusap-usap dengan arah
semakin naik ke atas, ke pangkal pahanya. Roknya kusingkap ke atas,
sehingga sambil berciuman, di keremangan cahaya, aku bisa melihat celana
dalamnya.
Dan ketika tanganku sampai di selangkangannya, mulut Rani berpindah
menciumi kupingku sampai aku terangsang sekali. Celana dalamnya sudah
basah. Tanganku segera menyelinap ke balik celana dalamnya, dan mulai
memainkan clitorisnya.
Kuelus-elus pelan-pelan, kuusap dengan penuh perasaan, kemudian
kuputar-putar, semakin lama semakin cepat. Tiba-tiba tangannya
mencengkram tanganku, dan pahanya juga menjepit telapak tanganku,
sedangkan kupingku digigitnya sambil mendesis-desis. Badannya
tersentak-sentak beberapa saat.
“Dodit.. aduuuhh.. aku tidak tahan sekali.. berhenti dulu yaahh.. nanti
di rumah ajaa..” rintihnya. Aku pun segera mencabut tanganku dari
selangkangannya.
“Dodit.. sekarang aku mainin punya kamu yaahh..” katanya sambil mulai
meraba celanaku yang sudah menonjol. Kubantu dia dengan kubuka
ritsluiting celana, kemudian tangannya menelusup, merogoh, dan ketika
akhirnya menggenggam penisku, aku merasa nikmat luar biasa. Penisku
ditariknya keluar celana, sehingga mengacung tegak.
“Dodit.. ini sudah basah.. cairannya licin..” rintihnya di kupingku
sambil mulai digenggam dengan dua tangan. Tangan yang kiri menggenggam
pangkal penisku, sedangkan yang kanan ujung penisku dan jari-jarinya
mengusap-usap kepala penis dan meratakan cairannya.
“Rani.. teruskan sayang..” kataku dengan ketegangan yang semakin
menjadi-jadi. Aku merasa penisku sudah keras sekali. Rani meremas dan
mengurut penisku semakin cepat. Aku merasa spermaku sudah hampir keluar.
Aku bingung sekali karena takut kalau sampai keluar bakal muncrat kemana-mana.
“Rani.. aku hampir keluar nih.., berhenti dulu deh..” kataku dengan suara yang tidak yakin, karena masih keenakan.
“Waahh.. Rani belum mau berhenti.. punya kamu ini bikin aku gemes..” rengeknya.
“Terus gimana.., apa enaknya kita pulang saja yuk..!” ajakku, dan ketika
Rani mengangguk setuju, segera kurapikan celanaku, juga pakaian Rani,
dan segera kita keluar bioskop meskipun filmnya belum selesai. Di mobil
tangan Rani kembali mengusap-usap celanaku.
Dan aku diam saja ketika dia buka
ritsluitingku dan menelusupkan tangannya mencari penisku. Aduh, rasanya
nikmat sekali. Dan penisku makin berdenyut ketika dia bilang, “Nanti aku
boleh yah nyiumin ininya yah..” Aku pengin segera sampai kerumah.
Dan, akhirnya sampai juga. Kita berjalan sambil berpelukan erat-erat.
Sewaktu Rani membuka pintu rumah, dia kupeluk dari belakang, dan kuciumi
samping lehernya. Tanganku sudah menyingkapkan roknya ke atas, dan
tanganku meremas pinggul dan pantatnya dengan gemas.
Rani kubimbing ke ruang keluarga. Sambil berdiri kuciumi bibirnya,
kulumat habis mulutnya, dan dia membalas dengan sama gemasnya.
Pakaiannya kulucuti satu persatu sambil tetap berciuman. Sambil melepas
bajunya, aku mulai meremasi susunya yang masih dibalut beha.
Dengan tak sabar behanya segera kulepas juga. Kemudian roknya, dan
terakhir celana dalamnya juga kuturunkan dan semuanya teronggok di
karpet.
Badannya yang telanjang kupeluk erat-erat. Ini pertama kalinya aku
memeluk seorang gadis dengan telanjang bulat. Dan gadis ini adalah Rani
yang sering aku impikan tapi tidak terbayangkan untuk menyentuhnya.
Semuanya sekarang ada di depan mataku.
Kemudian tangan Rani juga melepaskan bajuku, kemudian celana panjangku,
dan ketika melepas celana dalamku, Rani melakukannya sambil memeluk
badanku. Penisku yang sudah memanjang dan tegang sekali segera meloncat
keluar dan menekan perutnya.
Uuuhh, rasanya nikmat sekali ketika kulit kita yang sama-sama telanjang
bersentuhan, bergesekan, dan menempel dengan ketat. Bibir kita saling
melumat dengan nafas yang semakin memburu.
Tanganku meremas pantatnya, mengusap punggungnya, mengelus pahanya, dan
meremasi susunya dengan bergantian. Tangan Rani juga sudah menggenggam
dan mengelusi penisku. Badan Rani bergelinjangan, dan dari mulutnya
keluar rintihan yang semakin membangkitkan birahiku. Karena rumah memang
sepi, kita jadi mengerang dengan bebas.
Kemudian sambil tetap meremasi penisku, Rani mulai merendahkan badannya,
sampai akhirnya dia berlutut dan mukanya tepat di depan selangkanganku.
Matanya memandangi penisku yang semakin keras di dalam genggamannya,
dan mulutnya setengah terbuka.
Penisku terus dinikmati, dipandangi tanpa berkedip, dan rupanya makin
membuat nafsunya memuncak. Mulutnya perlahan mulai didekatkan ke kepala
penisku. Aku melihatnya dengan gemas sekali. Kepalaku sampai terdongak
ketika akhirnya bibirnya mengecup kepala penisku.
Tangannya masih menggenggam pangkal
penisku, dan mengelusnya pelan-pelan. Mulutnya mulai mengecupi kepala
penisku berulang-ulang, kemudian memakai lidahnya untuk meratakan cairan
penisku. Lidahnya memutar-mutar, kemudian mulutnya mulai mengulum
dengan lidah tetap memutari kepala penisku.
Aku semakin mengerang, dan karena tidak tahan, kudorong penisku sampai
terbenam kemulutnya. Aku rasa ujungnya sampai ketenggorokannya. Rasanya
nikmat sekali. Kemudian pelan-pelan penisku disedot-sedot dan dimaju
mundurkan di dalam mulutnya.
Rambutnya kuusap-usap dan kadang-kadang kepalanya aku tekan-tekan agar
penisku semakin nikmat. Isapan mulutnya dan lidahnya yang
melingkar-lingkar membuat aku merasa sudah tidak tahan. Apalagi sewaktu
Rani melakukannya semakin cepat, dan semakin cepat, dan semakin cepat.
Ketika akhirnya aku merasa spermaku mau muncrat, segera kutarik penisku
dari mulutnya. Tapi Rani menahannya dan tetap menghisap penisku. Maka
aku pun tidak bisa menahan lebih lama lagi, spermaku muncrat di dalam
mulutnya dengan rasa nikmat yang luar biasa. Spermaku langsung
ditelannya dan dia terus menghisapi dan menyedot penisku sampai spermaku
muncrat berkali-kali.
Badanku sampai tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang tiada taranya.
Meskipun spermaku sudah habis, mulut Rani masih terus menjilat. Akupun
akhirnya tidak kuat lagi berdiri dan akhirnya dengan nafas sama-sama
tersengal-sengal kita berbaring di karpet dengan mata terpejam.
“Thanks ya Ran, tadi itu nikmat sekali”, kataku berbisik.
“Ah.. aku juga suka kok.., makasih juga kamu ngebolehin aku mainin kamu.”
Kemudian ujung hidungnya kukecup, matanya juga, kemudian bibirnya.
Mataku memandangi tubuhnya yang terbaring telanjang, alangkah indahnya.
Pelan-pelan kuciumi lehernya, dan aku merasa nafsu kami mulai naik lagi.
Kemudian mulutku turun dan menciumi susunya yang sebelah kanan sedangkan
tanganku mulai meremas susu yang kiri. Rani mulai menggeliat-geliat,
dan erangannya membuat mulut dan tanganku tambah gemas memainkan susu
dan putingnya.
Aku terus menciumi untuk beberapa saat, dan kemudian pelan-pelan aku
mulai mengusapkan tanganku keperutnya, kemudian ke bawah lagi sampai
merasakan bulu kemaluannya, kuelus dan kugaruk sampai mulutnya menciumi
kupingku.
Pahanya mulai aku renggangkan sampai agak mengangkang. Kemudian sambil
mulutku terus menciumi susunya, jariku mulai memainkan clitorisnya yang
sudah mulai terangsang juga. Cairan vaginanya kuusap-usapkan ke seluruh
permukaan vaginanya, juga ke clitorisnya, dan semakin licin clitoris dan
vaginanya, membuat Rani semakin menggelinjang dan mengerang.
clitorisnya kuputar-putar terus, juga mulut vaginanya bergantian.
“Ahh.. Doditii.. aahh.. terusss… aahh..
sayaanggg..” mulutnya terus meracau sementara pinggulnya mulai
bergoyang-goyang. Pantatnya juga mulai terangkat-angkat. Aku pun segera
menurunkan kepalaku ke arah selangkangannya, sampai akhirnya mukaku
tepat di selangkangannya.
Kedua kakinya kulipat ke atas, kupegangi dengan dua tanganku dan pahanya
kulebarkan sehingga vagina dan clitorisnya terbuka di depan mukaku. Aku
tidak tahan memandangi keindahan vaginanya. Lidahku langsung menjulur
dan mengusap clitoris dan vaginanya.
Cairan vaginanya kusedot-sedot dengan nikmat. Mulutku menciumi mulut
vaginanya dengan ganas, dan lidahku kuselip-selipkan ke lubangnya,
kukait-kaitkan, kugelitiki, terus begitu, sampai pantatnya terangkat,
kemudian tangannya mendorong kepalaku sampai aku terbenam di
selangkangannya.
Aku jilati terus, clitorisnya kuputar dengan lidah, kuhisap, kusedot,
sampai Rani meronta-ronta. Aku merasa penisku sudah tegak kembali, dan
mulai berdenyut-denyut.
“Doditi.. aku tidak tahan.. aduuhh.. aahh.. enaakk sekaliii.. ” rintihnya berulang-ulang.
Mulutku sudah berlumuran cairan vaginanya yang semakin membuat nafsuku
tidak tertahankan. Kemudian kulepaskan mulutku dari vaginanya. Sekarang
giliran penisku kuusap-usapkan ke clitoris dan bibir vaginanya, sambil
aku duduk mengangkang juga.
Pahaku menahan pahanya agar tetap terbuka. Rasanya nikmat sekali ketika
penisku digeser-geserkan di vaginanya. Rani juga merasakan hal yang
sama, dan sekarang tangannya ikut membantu dan menekan penisku
digeser-geserkan di clitorisnya.
“Raniii.. aahh.. enakkk.. aahh..”
“aahh.. iya.. eeennaakkk sekaliii..”
Kita saling merintih. Kemudian karena penisku semakin gatal, aku mulai
menggosokkan kepala penisku ke mulut vaginanya. Rani semakin
menggelinjang. Akhirnya aku mulai mendorong pelan sampai kepala penisku
masuk ke vaginanya.
“Aduuuhh.. Doditi.. saakiiitt.. aadduuuhh.. jaangaann..” rintihnya
“Tahan dulu sebentar… Nanti juga hilang sakitnya..” kataku membujuk
Kemudian pelan-pelan penisku aku keluarkan, kemudian kutekan lagi,
kukeluarkan lagi, kutekan lagi, kemudian akhirnya kutekan lebih dalam
sampai masuk hampir setengahnya. Mulut Rani sam
Mulut kami saling menghisap dengan kuat. Kita sama-sama merasakan
keenakan yang tiada taranya. Setelah itu pantatnya sedikit demi sedikit
mulai bergoyang, maka aku pun mulai menggerakkan penisku pelan-pelan,
maju, mundur, pelan, pelan, semakin cepat, semakin cepat, dan goyangan
pantat Rani juga semakin cepat.
“Doditi.. aduuuhh.. aahh.. teruskan sayang.. aku hampir niihh..” rintihnya.
“Iya.. nihh.. tahan dulu.. aku juga hampirr.. kita bareng ajaa..” kataku
sambil terus menggerakkan penis semakin cepat. Tanganku juga ikut
meremasi susunya kanan dan kiri. Penisku semakin keras,
kuhunjam-hunjamkan ke dalam vaginanya sampai pantatnya terangkat dari
karpet. Dan aku merasa vaginanya juga menguruti penisku di dalam.
Penisku kutarik dan kutekan semakin cepat, semakin cepat.. dan semakin
cepat.. dannn..”Raaniii.. aku mau keluar niihh..””Iyaa.. keluarin saja..
Rani juga keluar sekarang niiihh.”
Aku pun menghunjamkan penisku keras-keras yang disambut dengan pantat
Rani yang terangkat ke atas sampai ujung penisku menumbuk dinding
vaginanya dengan keras. Kemudian pahanya menjepit pahaku dengan keras
sehingga penisku makin mentok, tangannya mencengkeram punggungku.
Vaginanya berdenyut-denyut. Spermaku memancar, muncrat dengan
sebanyak-banyaknya menyirami vaginanya.
“aahh… aahh.. aahh..” kita sama-sama mengerang, dan vaginanya masih
berdenyut, mencengkeram penisku, sehingga spermaku berkali-kali
menyembur. Pantatnya masih juga berusaha menekan-nekan dan memutar
sehingga penisku seperti diperas.
Kita orgasme bersamaan selama beberapa
saat, dan sepertinya tidak akan berakhir. Pantatku masih ditahan dengan
tangannya, pahanya masih menjepit pahaku erat-erat, dan vaginanya masih
berdenyut meremas-remas penisku dengan enaknya sehingga sepertinya
spermaku keluar semua tanpa tersisa sedikitpun.
“aahh.. aahh.. aduuuhh…” Kita sudah tidak bisa bersuara lagi selain mengerang-erang keenakan.
Ketika sudah mulai kendur, kuciumi Rani dengan penis masih di dalam
vaginanya. Kita saling berciuman lagi untuk beberapa saat sambil saling
membelai. Kuciumi terus sampai akhirnya aku menyadari kalau Rani sedang
menangis.
Tanpa berbicara kita saling menghibur. Aku menyadari bahwa selaput
daranya telah robek karena penisku. Dan ketika penisku kucabut dari
sela-sela vaginanya memang mengalir darah yang bercampur dengan
spermaku. Kita terus saling membelai, dan Rani masih mengisak di dadaku,
sampai akhirnya kita berdua tertidur kelelahan dengan berpelukan.
Aku terbangun sekitar jam 11 malam, dan kulihat Rani masih terlelap di
sampingku masih telanjang bulat. Segera aku bangun dan kuselimuti
badannya pelan-pelan. Kemudian aku segera ke kamar mandi, kupikir shower
dengan air hangat pasti menyegarkan.
Aku membiarkan badanku diguyur air hangat berlama-lama, dan memang
menyegarkan sekali. Waktu itu kupikir aku sudah mandi sekitar 20 menit,
ketika aku merasa kaget karena ada sesuatu yang menyentuh punggungku.
Belum sempat aku menoleh, badanku sudah dilingkari sepasang tangan.
Ternyata Rani sudah bangun dan masuk ke kamar mandi tanpa kuketahui.
Tangannya memelukku dari belakang, dan badannya merapat di punggungku.
“Aku ikut mandi yah..?” katanya.
Aku tidak menjawab apa-apa. Hanya tanganku mengusap-usap tangannya yang
ada di dadaku, sambil menenangkan diriku yang masih merasa kaget. Sambil
tetap memelukku dari belakang, Rani mengambil sabun dan mulai
mengusapkannya di dadaku.
Nafsuku mulai naik lagi, apalagi aku juga merasakan susunya yang menekan
punggungku. Usapan tangan Rani mulai turun ke arah perutku, dan penisku
mulai berdenyut dan berangsur menjadi keras. Tidak lama kemudian tangan
Rani sampai di selangkanganku dan mulai mengusap penisku yang semakin
tegak.
Sambil menggenggam penisku, Rani mulai menciumi belakang leherku sambil
mendesah-desah, dan badannya semakin menekan badanku. Selangkangan dan
susunya mulai digesek-gesekkan ke pantat dan punggungku, dan tangannya
yang menggenggam penisku mulai meremas-remas dan digerakkan ke pangkal
dan kepala penisku berulang-ulang sehingga aku merasakan kenikmatan yang
luar biasa.
“Raniii oohh.. nikmat sekali sayang.”
“Doditii uuuhh”, erangnya sambil lidahnya semakin liar menciumi leherku.
Aku yang sudah merasa gemas sekali segera menarik badannya, dan
sekarang posisi kita berbalik. Aku sekarang memeluk badannya dari
belakang, kemudian pahanya kurenggangkan sedikit, dan penisku
diselinapkan di antara pahanya, dan ujungnya yang nongol di depan
pahanya langsung di pegang lagi oleh Rani.
Tangan kiriku segera meremasi susunya
dengan gemas sekali, dan tangan kananku mulai meremasi bulu kemaluannya.
Kemudian ketika jari tangan kananku mulai menyentuh clitorisnya, Rani
pun mengerang semakin keras dan pahanya menjepit penisku, dan pantatnya
mulai bergerak-gerak yang membuat aku semakin merasa nikmat. Mukanya
menengok ke arahku, dan mulutnya segera kuhisap dengan keras. Lidah kami
saling membelit, dan jari tanganku mulai mengelusi clitorisnya yang
semakin licin. Kepala penisku juga mulai dikocok-kocok dengan lembut.
“Rani aku tidak tahan nih aduuuhh.”
“Iya Dod.. aku juga sudah tidak tahan.. uuuhh.. uuuhh.”
Badan Rani segera kubungkukkan, dan kakinya kurenggangkan. Aku segera
mengarahkan dan menempelkan ujung penisku ke arah bibir vaginanya yang
sudah menganga lebar menantang.
“Dodit.. cepat masukkan sayang cepat uuhh ayoo.”
Aku yang sudah gemas sekali segera menekan penisku sekuat tenaga
sehingga langsung amblas semua sampai ke dasar vaginanya. Rani menjerit
keras sekali. Mukanya sampai mendongak.
“aahh.. kamu kasar sekali.. aduuhh sakit aduuhh..” Aku yang sudah tidak
sabar mulai menggerakkan penisku maju mundur, kuhunjam-hunjamkan dengan
kasar yang membuat Rani semakin keras mengerang-erang. Susunya aku
remas-remas dengan dua tanganku.
Tidak lama kemudian Rani mulai
menikmati permainan kita, dan mulai menggoyangkan pantatnya. Vaginanya
juga mulai berdenyut meremasi penisku. Aku menjadi semakin kasar, dan
penisku yang sudah keras sekali terus mendesak dasar vaginanya.
Dan kalau penisku sedang maju membelah vaginanya, tanganku juga menarik
pantatnya ke belakang sehingga penisku menghunjam dengan kuat sekali.
Tapi tiba-tiba Rani melepaskan diri.
“hh sekarang giliranku aku sudah hampir sampai.” katanya. Kemudian aku
disuruh duduk selonjor di lantai di antara kaki Rani yang mulai
menurunkan badannya. Penisku yang mengacung ke atas mulai dipegang Rani,
dan di arahkan ke bibir vaginanya.
Tiba-tiba Rani menurunkan badannya duduk di pangkuanku sehingga penisku
langsung amblas ke dalam vaginanya. Kita sama-sama mengerang dengan
keras, dan mulutnya yang masih menganga kuciumi dengan gemas.
Kemudian pantatnya mulai naik turun, makin lama makin keras. Rani
melakukannya dengan ganas sekali. Pantatnya juga diputar-putar sehingga
aku merasa penisku seperti dipelintir.
“Doditi.. aku.. aku.. sudah.. hampirrr, uuuhh…” Erangnya sambil terus
menghunjam-hunjamkan pantatnya. Mulutku beralih dari mulutnya ke susunya
yang bulat sekali. Putingnya kugigit-gigit, dan lidahku berputar
menyapu permukaan susunya.
Susunya kemudian kusedot dan kukenyot dengan keras, membuat gerakan Rani
semakin liar. Tidak lama kemudian Rani menghunjamkan pantatnya dengan
keras sekali dan terus menekan sambil memutar pantatnya.
“Sekaranggg aahh sekaranggg Dodit, sekaranggg”, Rani berteriak-teriak
sambil badannya berkelojotan. Vaginanya berdenyutan keras sekali.
Mulutnya menciumi mulutku, dan tangannya memelukku sangat keras. Rani
orgasme selama beberapa detik, dan setelah itu ketegangan badannya
berangsur mengendur.
“Dod, makasih yah.., sekarang aku pengin ngisep boleh yah..?” katanya
sambil mengangkat pantatnya sampai penisku lepas dari vaginanya. Rani
kemudian menundukkan mukanya dan segera memegang penisku yang sangat
keras, berdenyut, dan ingin segera memuntahkan air mani.
Mulutnya langsung menelan senjataku sampai menyentuh tenggorokannya.
Tangannya kemudian mengocok pangkal penisku yang tidak muat di mulutnya.
Kepalanya naik turun mengeluar-masukkan penisku. Aku benar-benar sudah
tidak tahan. Ujung penisku yang sudah sampai di tenggorokannya masih aku
dorong-dorong.
Tanganku juga ikut mendesakkan kepalanya. Lidahnya memutari penisku yang
ada dalam mulutnya. “Raniii isap terus terusss hampirr terusss yyyaa
sekaranggg sekarangg.. issaapp..”, Rani yang merasa penisku hampir
menyemburkan sperma semakin menyedot dengan kuat.
“Dodit.. aku pengin ngisep ininya.. aku
pengin ngisep sampai kamu keluar dimulutku..” katanya sambil agak
mendesah. Aku juga ingin segera merasakan apa yang dia ingini. Yang ada
di otakku adalah segara sampai di rumah, dan segera mencumbunya.
Tapi harapan kita ternyata tidak segera terwujud karena sesampainya di
rumah, ternyata orang tua Rani sudah pulang. Kita cuma saling
berpandangan dan tersenyum kecewa.
“Eh, sudah pada pulang yah..” Rani menyapa mereka.
“Iya nih, ada perubahan acara mendadak. Makanya sekarang cape banget.
Nanti malem ada undangan pesta, makanya sekarang mau istirahat dulu.
Kamu masak dulu saja ya sayang.. sudah belanja kan?” kata maminya Rani.
“Iya deh, sebentar Rani ganti baju dulu. Eh, Dodit, katanya kamu pengin
belajar masak, ayo, sekalian bantuin aku”, kata Rani sambil tersenyum
penuh arti. Aku cuma mengiyakan dan ke kamarku ganti pakaian dengan
celana pendek dan T-shirt.
Kemudian aku ke dapur dan mengeluarkan belanjaan dan memasukkannya ke
lemari es. Tidak lama kemudian Rani menyusul ke dapur. Dia pun sudah
berganti pakaian, dan sekarang memakai daster kembang-kembang. Tante
juga ikut-ikutan menyiapkan bahan makanan dan Rani mulai mengajariku
memasak.
“Sudah Mami istirahat saja sana, kan ini juga sudah ada yang ngebantuin..” kata Rani.
“Iya deh, emang Mami cape banget sih, sudah yah, Mami mau coba istirahat
saja”, kata Maminya Rani sambil keluar dari dapur. Aku yang sedang
memotongi sayuran cuma tersenyum. Setelah beberapa saat, Rani tiba-tiba
memelukku dari belakang, tangannya langsung ditelusupkan ke dalam
celanaku dan memegang penisku yang masih tidur.
“Eh.. kok ininya bobo lagi.. Rani bangunin yah?” tangannya dikeluarkan
kemudian Rani mengambil salad dressing yang ada di depanku, masih sambil
merapatkan badannya dari belakangku. Kemudian salad dressingnya
dituangkan ke tangannya, dan langsung menyelinap lagi ke celana dan
dioleskan ke penisku yang langsung menegang. Sambil merapatkan badannya,
susunya menekan punggungku, Rani mulai meremasi penisku dengan dua
tangannya.
Nikmat yang aku rasakan sangat luar biasa. Aku segera melingkarkan
tangan ke belakang, meremas pantatnya yang bulat itu. Tanganku aku
turunkan sampai ke ujung dasternya, kemudian kusingkapkan ke atas sambil
meremas pahanya dengan gemas.
Ketika sampai di pangkal pahanya, aku baru menyadari kalau Rani ternyata
sudah tidak memakai celana dalam. Maka tanganku menjadi semakin gemas
meremasi pantatnya, dan kemudian menelusuri pahanya ke depan sampai ke
selangkangannya.
Jari-jariku segera membuka belahan vaginanya dan mulai memainkan
clitorisnya yang sudah sangat basah terkena cairan yang semakin banyak
keluar dari vaginanya. Tangan Rani juga semakin liar meremas, meraba dan
mengocok penisku.
“Rani.. sana diliat dulu, apa Om dan Tante memang sudah tidur..” kataku
berbisik karena merasa agak tidak aman. Rani kemudian melepaskan
pegangannya dan keluar dapur.
Tidak lama kemudian Rani kembali dan
bilang semuanya sudah tidur. Aku segera memeluk Rani yang masih ada di
pintu dapur, kemudian pelan-pelan pintu kututup dan Rani kupepet ke
dinding. Kita berciuman dengan gemasnya dan tangan kita langsung saling
menelusup dan memainkan semua yang ditemui.
Penisku langsung ditarik keluar oleh Rani dan aku segera menyingkap
dasternya ke atas, kemudian kaki kirinya kuangkat ke pinggulku, dan
selangkangannya yang menganga langsung kuserbu dengan jari-jariku.
Tangan Rani menuntun penisku ke arah selangkangannya, menyentuhkan
kepala penisku ke belahan vaginanya dan terus-terusan
menggosok-gosokkannya. Untuk mencegah agar Rani tidak mengerang,
mulutnya terus kusumbat dengan mulutku.
Kemudian karena sudah tidak tahan, aku segera mengarahkan penisku tepat
ke mulut vaginanya, dan menekan pelan-pelan, terus ditekan, terus
ditekan sampai seluruh batangnya amblas. Kaki Rani satunya segera
kuangkat juga ke pinggangku, sehingga sekarang dua kakinya melingkari
pinggangku sambil kupepet di dinding.
Kita saling mengadu gerakan, aku maju-mundurkan penisku, dan Rani
berusaha menggoyang-goyangkan pantatnya juga. Vaginanya berdenyutan
terasa meremasi batang penisku. Tidak lama kemudian aku merasa Rani
hampir orgasme.
Denyutan vaginanya semakin keras, badannya semakin tegang dan isapan
mulutnya di mulutku semakin kuat. Kemudian aku merasa Rani orgasme.
Kontraksi otot vaginanya membuat penisku merasa seperti diurut-urut dan
aku juga merasa hampir mencapai orgasme.
Setelah orgasme, gerakan Rani tidak liar lagi, dia cuma mengikuti
gerakan pantatku yang masih menghunjam-hunjamkan penisku dan mendesakkan
badannya ke dinding.
Kemudian sementara penisku masih di
dalam dan kaki Rani masih di pinggangku, aku melangkah ke arah meja
dapur dan duduk di salah satu kursi, sehingga sekarang Rani ada di
pangkuanku dengan punggung menyandar di meja dapur.
Selama beberapa saat kita cuma berdiam diri saja. Rani masih menikmati
sisa kenikmatan orgasmenya dan menikmati penisku yang masih di dalam
vaginanya. Sementara aku menikmati sekali posisi ini, dan menikmati
melihat Rani ada di pangkuanku.
Tanganku mengusap-usap pahanya dan menyingkapkan dasternya ke atas
sampai melihat bulu kemaluan kami yang saling menempel. Belahan
vaginanya kubuka dan aku melihat pemandangan yang sangat indah.
Penisku hanya kelihatan pangkalnya karena seluruh batangnya masih di
dalam vagina Rani, dan di atasnya aku melihat clitorisnya yang sangat
basah. Jari-jariku mulai mengusap-usap clitorisnya sampai Rani mulai
mendesis-desis lagi, dan pantatnya mulai bergerak lagi, berputar dan
mendesakkan penisku menjadi semakin masuk.
Aku merasa vaginanya mulai berdenyutan lagi meremas-remas penisku.
Karena gemas, kadang-kadang clitorisnya kupelintir dan kucubit-cubit.
Kemudian dasternya kusingkap semakin ke atas sampai aku melihat susunya
yang menantangku untuk segera memainkannya. Dengan tak sabar segera
susunya yang kiri kulumat dengan mulutku, yang membuat kepala Rani
mendongak merasakan kenikmatan itu.
Sambil melumati susunya, lidahku juga
memainkan putingnya yang sudah sangat tegang. Kadang-kadang putingnya
juga kugigit-gigit kecil dengan gemas. Tanganku dua-duanya meremasi
pantatnya yang bulat.
“Ya Tuhan Doditii aahh aahh”, rintihnya di kupingku, sambil kadang menjilati dan menggigit kupingku.
“Doditi.. aahh.. aku hampir dapet lagii.. ahh.., terus gitu sayang”, rintihnya dengan gerakan yang semakin liar.
Pantatnya semakin keras menekan dan berputaran, yang membuat penisku
juga seperti dipelintir dengan lembut. Aku pun menuruti dan terus
memberikan kenikmatan dengan terus memainkan susunya bergantian yang
kiri dan kanan, dan tanganku juga ikut memainkan puting susunya, sampai
Rani tiba-tiba menggigit kupingku dengan keras dan setelah menghentakkan
pantatnya dia memelukku dengan eratnya.
“hh Dodddiii.. hh. hh.” Aku merasakan Rani orgasme untuk kedua kalinya
dan lebih hebat dari yang pertama. Denyutan vaginanya keras sekali dan
berlangsung selama beberapa detik, dan kenikmatan yang aku rasakan
membuatku merasa sudah hampir orgasme. Tapi setelah orgasme, ternyata
Rani masih ingat keinginannya untuk menghisap penisku.
“Dodit.. jangan dikeluarin dulu.. nanti di mulutku saja yah”. Maka
setelah turun dari pangkuanku, Rani segera jongkok di depanku dan
langsung mengulum penisku. Lidahnya memutari batangnya dan mulutnya
menyedot-nyedot membuat aku merasa orgasmeku sudah sangat dekat.
Tanganku memegang belakang kepala Rani, dan kutekan agar penisku semakin
masuk di mulutnya, kemudian aku juga membantu memasuk-keluarkan penisku
di mulutnya, dan
“aahh Rani aku keluarrr terus isaappp.. aahh..” dan memang Rani dengan
lahapnya terus menghisap spermaku yang langsung berhamburan masuk ke
tenggorokannya. Penisku yang masih mengeluarkan sperma terus disedot dan
dikenyot-kenyot dan pangkal penisku juga terus-terusan dikocok-kocok.
Orgasmeku kali ini kurasakan sangat luar biasa.
Setelah itu kita kembali berciuman, dan kembali meneruskan memasak.
“Dodit.. makasih yah, tapi aku belum puas, habis kurang bebas sih, entar
malem lagi yah..!” aku yang merasa hal yang sama cuma mengangguk.
“Ran, aku nanti malem pengin menikmati seluruh tubuhmu.”
“Maksudmu..? apa selama ini belum?”
“Aku pengin melakukan hal yang lain sama kamu.., tunggu saja..”
“Ihh.. apaan sih.., Rani jadi merinding nih”, kata Rani sambil
memperlihatkan bulu-bulu tangannya yang memang berdiri, dan sambil
tersenyum aku mengelusi tangannya. Kemudian badannya kupeluk dari
belakang dengan lembut. Aku merasa bahagia sekali.
dan pada akhirnya akupun menjalin hubungan dengan rani hingga kuliahku selesai.
Halo Bosku ^^ Segera Daftarkan ID di www. SmsQQ .com Ada 4 Permainan Dalam 1 ID Bandar Q,Poker,Domino QQ,Bandar Poker www. SmsQQ .com Juga Menyediakan Promo Menarik Bonus Turn Over Terbesar Bonus Refferal Seumur Hidup Minimal deposit 10rb BBM :2AD05265 WA:+855968010699 Skype:smsqqcom@gmail.com Ditunggu Kehadirannya Bosku di www,SmsQQ,com
Halo Bosku ^^
BalasHapusSegera Daftarkan ID di www. SmsQQ .com
Ada 4 Permainan Dalam 1 ID
Bandar Q,Poker,Domino QQ,Bandar Poker
www. SmsQQ .com Juga Menyediakan Promo Menarik
Bonus Turn Over Terbesar
Bonus Refferal Seumur Hidup
Minimal deposit 10rb
BBM :2AD05265
WA:+855968010699
Skype:smsqqcom@gmail.com
Ditunggu Kehadirannya Bosku di www,SmsQQ,com